Monday 23 August 2010

Catatan Aktivis muda Indonesia

Banyak yang mengatakan, menjelaskan dan meyakinkan bahwa menjadi aktifis sangat banyak manfaatnya bahkan semua dosen di fakultasku mulai dari dekan sampai ketua jurusan merekomendasikan untuk menjadi aktifis.
Setelah menjalani 3 tahun menjadi organisator yaitu tempat bernaungnya aktifis, terlalu banyak pendidikan yang diberikan dan hikmah yang didapat. Sebagianya telah tertulis pada artikel sebelumnya. Melalui tulisan ini, diri ini hanya ingin memberikan saran yang bermanfaat kepada pembaca sekalian, khususnya bagi adik-adikku yang sedang menempa dirinya di organisasi atau kepada mahasiswa baru yang sebentar lagi akan masuk ke dalam sarangnya akademisi.
Menjadi pribadi, mahasiswa atau aktifis hendaknya memiliki criteria berikut :
Pertama, Iman dan Taqwa. Imtaq ini lah yang menjadi identitas kita, warna kita dan kepribadian kita yang utuh. Pengalamanku sudah membuktikan bahwa semua orang menghargai keimanan yang kita pegang, pada saat di jepang, profku mengizinkan kami untuk permisi untuk shalat di mesjid sekitar kampus, bahkan ia menyediakan kepada kami sebuah tempat untuk masak dan berbuka puasa, karena pada saat itu ramadhan sedang menjelang. Sekarang juga, para peneliti di Academia Sinica juga respect terhadap ibadah yang kami lakukan. Mereka menyediakan tempat untuk shalat, kemarin tempat shalatku diganti ke pustaka karena mereka mengira pustaka lebih nyaman untuk shalat dibandingkan tempat yang lain. Tapi tadi aku meminta agar kami bisa shalat di lantai 6 karena tempatnya lebih nyaman karena di ujung dan mereka menyetujuinya serta memberitahukan kepada professor yang ada di lantai 6 bahwa kami akan shalat 2 kali di tempat tersebut.
Salah satu dosen favoritku di jurusan fisika pernah bercerita saat aku melapor bahwa kami akan ke Taiwan untuk magang. “sewaktu saya di itali, saya minta izin ke professor saya untuk shalat jum’at di roma, karena jarak roma ke kantor saya jauh, jadi saya sampaikan ke prof saya bahwa pada hari jum’at saya hanya bisa masuk kantor ½ hari, jika anda memerlukan saya maka saya akan masuk kantor pada hari sabtu” hanya itu yang disampaikan dosenku kepada profnya, dan profnya setuju, hasilnya sekarang dosen ku ditawarkan postdoc lagi ke perancis, sesuatu yang patut di tiru.
Memang kita harus membaur kepada siapapun, tetapi ingat membaur bukan berarti melebur, warna kita harus tetap jelas walaupun di kelilingi orang-orang dengan berbagai macam kepercayaan atau bahkan tidak memiliki sama sekali.

Kedua, English. Sesuatu yang sangat sering diucapkan oleh anak-anak kampus. Walaupun ada yang menyatakan bahasa arab lebih banyak manfaat. Memang betul, bahasa arab adalah ibunya segala bahasa. Tapi posisi kita sekarang dibawah kawan-kawan kita, dosen saya banyak yang berkata “we have to be educated people”. Negeri kita belum maju dalam hal ilmu pengetahuan apalagi science, tugas kita untuk membangunnya dengan menjembatani ketimpangan yang terjadi dan itu harus kita lakukan dengan meningkatkan potensi diri salah satunya kecakapan bahasa.
Bahasa juga menjadi alat untuk survive, di Negara dengan semua penduduknya menggunakan bahasa cina seperti Taiwan, sangat susah bertahan tanpa bahasa inggris. Mr. Marr pernah berpesan, jika aku tersesat maka bertanyalah kepada remaja yang ada, karena kebanyakan dari mereka bisa berbahasa inggris.

Ketiga, skills. Inilah yang menjadi modal kita agar dilirik oleh orang lain. Skill inilah yang akan kita kembangkan di negeri orang tapi tentunya kita telah memiliki kemampuan dasar. Ketua jurusanku menyebutkan skill ini adalah computer karena benda tersebutlah yang perkembanganya begitu pesat.

No comments:

Post a Comment